Jumat, 14 September 2007

Puisi

Untuk Apa Puisi Ini

Puisi ini, untuk apa harus tercipta. jika ibu-bapak di rumah masih saja membakar diri di bawah panas matahari. dan saudara lelakiku, tidak punya banyak pilihan selain menjual diri di tambang emas milik amerika.

untuk apa, jika sahabat-sahabatku sekarat di muka zaman. keluar malam-malam, untuk sekedar bernyanyi dengan pelacur taman kota, tentang amuk birahi yang membabi-buta. atau sekedar untuk bercumbu kecil dengan pacar-pacar mereka yang masih belum mengerti apa itu dunia.

untuk apa puisi ini, jika bibiku bersikukuh kembali lagi ke saudi menjadi tkw, setelah setahun lalu disiksa majikannya sampai berlari pulang ke kampung halaman, hanya membawa isak yang tertahan.

pamanku, kau mungkin tak percaya. ketika pulang sebentar ke rumah, ia lupa bagaimana mengucapkan bahasa ibu-nya sendiri. hidup lebih dari 10 tahun perantauan tanpa tuju yang pedih, memaksanya mengganti seluruh kata dalam kamus masa kecilnya dengan kamus bagaimana bertahan hidup.

untuk apa puisi ini jika yang kusebut keluarga, salah satu dari mereka ada yang mengangkat parang hendak menggorok leher bapakku, hanya karena sejengkal tanah.

untuk apa, untuk apa puisi ini? keluargaku tidak ada yang mengerti tentang puisi.

mereka pasti kecewa, jika nanti aku hanya pulang membawa sepenggal puisi dari sini.

kampungku tidak butuh puisi. tidak, kampungku harus butuh puisi. tidak, kampungku tidak akan pernah butuh puisi.

nasib puisi ini. harus kubawa ke mana. di kampungku siapa yang peduli tentang aliran makna di balik kata, siapa yang percaya pada penyair?

untuk apa puisi ini, jika aku, hanya sanggup mengeja kekalahan.

untuk apa jika tidak ada yang mau membaca dalam-dalam.

keluargaku dan keluargamu, kampungku dan kampungmu sama saja

Tidak ada komentar: