Senin, 06 Agustus 2007

Teknologi

Kita Baru Masuki 3G, Orang Lain Sudah 4G

KEMUNCULAN teknologi generasi ketiga atau 3G (baca: triji) 4-5 tahun lalu memang disambut euforia pelaku bisnis telekomunikasi seluler. Sejumlah operator pun membelanjakan miliaran dolar untuk mempercepat pembangunan jaringan mobile guna menawarkan jasa layanan video call, akses internet nirkabel, dan layanan multimedia. Dengan cara demikian, mereka berharap bisa mendulang penghasilan dan dari situ bisa meningkatkan pertumbuhan panggilan suara yang selama ini menjadi basis penghasilan mereka.

Namun, apa yang terjadi kemudian? Pengalaman sejumlah operator di luar negeri memperlihatkan, pertumbuhan dalam menggunakan jasa layanan 3G ternyata lebih lambat dari yang diharapkan. Teknologi 3G yang memungkinkan panggilan video call dan akses internet nirkabel kurang tersebar luas. Laba operator pun seret sehingga ini jadi kendala bagi upaya peningkatan dan perluasan jaringan. ”Triji telah gagal,” keluh Kim Ki-ho, Senior Vice President Jaringan Telekomunikasi Samsung, ”Pasar tidak merespons dan itu menjadikan teknologi 3G sebagai sesuatu yang kuno”.

Seperti dilansir kantor berita Reuters edisi 1 September 2006, kegagalan 3G merebut pasar seluler mendorong pihak Samsung langsung ”tancap gas”, dengan oper gigi ke teknologi generasi keempat (4G). Keputusan dini beralih ke teknologi 4G sepertinya didasari keyakinan bahwa teknologi 4G bisa ”lebih menggoda” pengguna telekomunikasi. Maklum saja, dari sisi teknologi, 4G memungkinkan komunikasi dua arah pada suara, video, dan data pada skala yang sebelumnya dianggap sebagai hal yang impossible alias tak mungkin.

Pihak Samsung pada Agustus 2006 berhasil menggelar demo untuk memperkenalkan teknologi 4G yang diklaim memiliki kecepatan lima kali lipat daripada sistem Wybro. Selain mampu melayani kecepatan hingga 100 mbps dalam kondisi bergerak (mobile) dan 1 gbps dalam kondiasi diam, teknologi 4G Samsung juga mampu melakukan download 100 lagu MP3 dalam waktu hanya 2,4 detik, film dalam bentuk CD dalam waktu 5,6 detik, penumpang kendaraan berkecepatan 60 km/jam dapat melakukan komunikasi mobile dengan kecepatan transper 100 mbps tanpa berhenti.

Teknologi 4G memungkinkan pada pengguna telefon seluler bisa menikmati layanan yang sekarang masih diperoleh melalui personal computer (PC) dengan koneksi pita lebar berkecepatan tinggi. ”4G adalah pengantar pita lebar berkecepatan tinggi untuk informasi data dan visual-centric. Sebelum 4G, segala sesuatunya adalah voice-centric,” kata Ali Tabassi, Vice President Inovasi Teknologi Sprint Nextel.

Akhir bulan ini Sprint Nextel akan menganggarkan sekira 3 miliar dolar AS untuk pembangunan dua tahun jaringan 4G menggunakan teknologi WiMax, bersama Samsung, Motorola, dan Intel. ”3G terlalu banyak technology-driven (penggelaran teknologi tanpa permintaan pasar, red),” kata Hong Won Pyo, Executive Vice President Bisnis Internet Mobile KT Corp. ”Mulai skarang, kami harus melihat permintaan dari pertumbuhan para pengguna bersama-sama (dengan teknologi).”

Apa itu 4G?

The International Telecommunication Union (ITU) mendefinisikan 4G sebagai teknologi nirkabel yang bisa mentransfer data dengan kecepatan 100 megabits per detik pada pengguna yang bergerak (mobile) dan 1 gigabit per detik pada keadaan diam. Pada kecepatan tertinggi, pengguna 4G bisa men-download film dalam 5,6 detik dan mengirim 100 lagu dalam waktu 2,4 detik.

Spektrum layanan 4G akan menjadi bahan pembicaraan pada suatu konferensi global Oktober 2007, sedangkan commercial roll-out-nya diharapkan sudah bisa dicapai setelah standard-setting pada sekitar tahun 2010. "Setelah 2010, 4G akan menjadi layanan mobile yang mencakup semua,” kata Lee Ki-tae, Direktur Bisnis Jaringan Telekomunikasi Samsung. Apakah betul teknologi 3G telah gagal?

Tak sepenuhnya gagal

Meski demikian, tidak semua sepakat dengan pernyataan Kim ki-ho dan Ali Tabassi. Menurut Kristin Rinne, Chief Technology Officer for Cingular Wireless, ”Kami justru sedang memulai memasuki kurva eksponensial dalam penggunaan data dengan teknologi 3G. Kami harus memperlihatkan bahwa kita juga bisa mengirimkan produk dan layanan kepada konsumen. Jika hal itu bisa dilakukan (oleh 3G), sebenarnya 4G tidak dibutuhkan”.

NTT DoCoMo Jepang adalah operator seluler yang sudah merasakan sukses dalam penggelaran 3G. Para pengguna layanan 3G yang dikenal dengan sebutan Foma kini jumlahnya sudah lebih dari 50 persen dari total pelanggan. Hanya, sebagai pioner dalam penggelaran 3G di Jepang, NTT DoCoMo saat ini memang tengah bersiap-siap—seperti halnya Samsung—”naik tangga” ke teknologi 4G. Tingginya densitas pengguna internet di Korea Selatan dan Jepang, tampaknya memang memungkinkan percepatan dalam penggelaran teknologi. Bahkan, sangat mungkin, ketika 4G baru digelar, teknologi 5G sudah tak sabar menunggu giliran. Siapa tahu!***

T. A. Taufik, S.T.
Alumnus Teknik Elektro ITB,

Tidak ada komentar: